header fadmalalala

Sejarah Perkembangan Bisnis Ritel atau Eceran di Luar Negeri

Konten [Tampil]
Software Pengelolaan Keuangan

Menjamurnya bisnis ritel dan eceran di dalam maupun di luar negeri tak lepas dari kegiatan perdagangan yang sudah dibangun sejak dulu. Sebenarnya, bagaimana sejarah perkembangan bisnis ritel atau eceran di luar negeri hingga sampai saat ini?

Sekalipun ini akan menjadi pembahasan yang cukup panjang, kamu tetap perlu mengetahui seluk-beluk bisnis ritel untuk mengetahui bagaimana perkembangan bisnis ritel sejak dulu hingga kini.

Agar bisnis ritel atau eceran yang sedang kamu rintis sukses, jangan lupa untuk menggunakan aplikasi dari Spenmo Indonesia yang membantu dalam pengelolaan keuangan bisnis kamu. 

Salah satu situs resmi di Rusia yakni allbest.ru menjabarkan dengan detail awal mula sejarah perkembangan bisnis ritel atau eceran di luar negeri.

Sistem Pedagang Pengembara

Bentuk perdagangan atau bisnis ritel zaman dulu terbilang cukup berani. Di mana para pedagang tersebut pergi mengembara ke seluruh negeri di Zaman Saxon dengan produk yang ditawarkan berbeda-beda satu dengan yang lainnya.

Lalu, di awal abad pertengahan, sistem perdagangan tersebut berubah menjadi hanya berfokus di sekitar pusat kota yang telah dijadwalkan dalam mingguan atau tahunan. Hingga akhirnya para pedagang harus menyewa tempat untuk berdagang.

Sesuai dengan catatan, Uskup Agung Tym (Ohhordshire) Lincolnsky menyewa lahan perdagangan di pasar pusat dengan harga sewa yang cukup tinggi.

Saat itu, harga sewa lahan berupa pertukaran barang atau jasa, belum dalam bentuk uang atau istilah ekonominya adalah sistem barter.

Perdagangan di Abad Pertengahan

Dijabarkan dalam Kitab Chronicle Anglo Saxon bahwa jalan utama Winster disebut sebagai CEEEC Street atau Market Street untuk memenuhi kebutuhan di Kota Romawi dan Abad Pertengahan.

Banyak kota tua yang pada akhirnya hidup kembali karena menjadi pusat perdagangan seperti Cornmarket Street.

Kendati demikian, sekalipun wilayah pasar telah dikelompok-kelompokkan berdasarkan wilayah, sekalipun pedagang telah berada di zona konsentrasi bisnis tetapi tetap saja penghasilannya saat itu masih minim karena merasa tidak terlalu membantu sistem penempatan dan produk tersebut.

Pada saat itu, untuk menghindari persaingan bisnis, antar pasar yang satu dengan yang lain dibuat jarak sekitar enam dan dua pertiga mil. 

Masyarakat tidak harus pergi ke pasar lokal daerah mereka. Misalnya saja penduduk pedesaan Asham akan pergi berbelanja ke Pasar Ebingedon daripada pergi ke pasar terdekat di Wöllingford. Maka dari itu, di zaman itu pasar terdekat memiliki minat pembeli tidak terbatas.

Pedagang Berhak Menjual Produk Apapun

Permasalahan pada saat itu adalah pasokan produk lokal mudah rusak bila terlalu lama disimpan. Oleh karena itu, mereka melakukan perjalanan untuk mendapatkan beberapa barang tertentu.

Seperti bila ingin mendapatkan kuda dan domba, maka harus pergi ke seluruh wilayah di Inggris. Sistem bisnis tersebut terus berlanjut sampai akhirnya membentuk kebiasaan baru di kehidupan masyarakat.

Sejarah perkembangan bisnis ritel atau eceran di luar negeri mulai terlihat saat ini dengan peraturan pedagang boleh menjual produk apapun dan di mana pun. 

Apalagi saat rute perdagangan internasional yang baru mulai resmi dibuka. Permintaan barang impor di perusahaan ritel terus meningkat, seperti rempah-rempah, sutra dan teh.

Pusat Perkotaan Jadi Fokus Utama Pemetaan Ritel

Hingga akhirnya pusat pemetaan ritel ada di pusat perkotaan. Hal itu lantaran jumlah konsumen dan pendapatan rata-rata masyarakat pusat kota dengan pedesaan berbeda cukup jauh. Selain itu, yang paling utama adalah transportasi massal saat itu hanya ada di pusat kota.

Meskipun begitu, tetap saja ada pengecer produk yang membawa produk dari pusat kota menuju pedesaan karena ada permintaan di wilayah-wilayah kecil.

Sejalan dengan itu, mulailah berkembang perusahaan pengecer besar dengan pembelian langsung dari produsen. 

Tak masalah bila produk impor yang dikirimkan dalam jumlah terbatas karena setiap wilayah di pusat kota mulai melakukan pengembangan teknologi dan produk.

Di tahun 1900 di mana banyak perusahaan keluarga kapitalis di Inggris dengan cabang lebih dari 25, tetap saja masih menguntungkan untuk pedagang sekitar selama masih terlihat adanya para pedagang kaki lima maka bisnis ritel dan eceran masih potensial menghasilkan untung maksimal.

Ritel di Tahun 1950-an

Sejarah perkembangan bisnis ritel atau eceran di luar negeri di tahun 1950-an ditandai dengan adanya pasar swalayan dan toko kelontong yang menyebar di setiap wilayah.

Adanya perubahan bisnis tersebut menjadi acuan perkembangan perdagangan khususnya bisnis ritel atau eceran di luar negeri. Pertumbuhan bisnis ini cukup signifikan meskipun berkecepatan rendah.

S. Levi dan G. Zatman mengungkapkan bahwa dengan adanya kegiatan pemasaran ini menjadi batu loncatan dalam mengembangkan format bisnis ritel yang baru.

Ritel di Tahun 1990-an

Beberapa bisnis ritel yang berdiri sejak tahun 1800-an seperti The Kroger Company atau Kroger yang masih eksis bahkan sudah beroperasi di lebih dari 20 negara di dunia.

Prinsipnya pun masih sama yakni menjadi toko ritel yang menjual kebutuhan sehari-hari dengan konsep supermarket yang berada di pusat kota.

Perkembangan Ritel dan Eceran Dunia Saat Ini

Sejarah perkembangan bisnis ritel atau eceran di luar negeri dan dalam negeri saat ini masih menggiurkan. Selain masih beroperasinya perusahaan ritel berpuluh-puluh tahun dan mendunia seperti Walmart, kegiatan pemasarannya juga mulai berkembang.

Adanya teknologi dan internet saat ini memudahkan para pebisnis ritel ini untuk menawarkan produknya melalui marketplace atau e-commerce. Contoh situs ritel internasional adalah Amazon sedangkan di Indonesia sendiri ada Tokopedia dan Bukalapak.

Rahasia dari banyaknya perusahaan ritel yang masih beroperasi saat ini di berbagai belahan negara dunia adalah pengelolaan keuangan yang benar.

Sekarang sudah tersedia alat transfer uang internasional yang memberikan kemudahan dalam bertransaksi bisnis dengan ketentuan fee flat bahkan hanya Rp50 ribu per transaksi.

Begitulah sejarah perkembangan bisnis ritel atau eceran di luar negeri yang bisa menjadi motivasi kamu dalam menciptakan bisnis-bisnis lainnya.

Fadmala A
Seorang ibu rumah tangga yang suka belajar dan mencari ilmu baru. Suka dengan tantangan dan sedang mencoba untuk konsisten untuk belajar.

Related Posts

Posting Komentar